Pemahaman masyarakat mengenai gangguan jiwa dan keterbelakangan mental sangat minim. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai gangguan jiwa dan keterbelakangan mental menyebabkan penderita kerap kali mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan dari masyarakat bahkan dari keluarga penderita sendiri.
Nah, sebelum kita membahas apa itu Mental Ilness, kita juga harus tau apa itu sehat jiwa....
Sehat jiwa
Menurut WHO (2011), yang dimaksud dengan sehat jiwa adalah “a state of well-being in which every individual realizes his or her own potential, can cope with the normal stresses of life, can work productively , and is able to make a contribution to her or his community”.
Berdasarakan defenisi diatas jelaslah bahwa sehat jiwa itu bukan hanya sekedar bebas dari gangguan jiwa akan tetapi, seseorang yang sehat jiwanya adalah seseorang yang mengerti dan menyadari kemampuan yang dimilikinya, bisa mengatasi stres dalam kehidupan sehari – hari, dapat bekerja secara produktif dan berkontribusi di masyarakat dimana dia berada.
Jadi, seandainya seseorang merasa bahwa dia tidak bisa apa – apa atau merasa dirinya jelek atau bodoh, orang tersebut bisa dikatakan tidak sehat jiwanya. Demikian juga orang yang senangnya bermalas – malasan, penggangguran bisa juga tidak sehat jiwanya. Akan tetapi perlu dipahami bahwa produktig disini tidak selalu berkonotasi materi. Produktif disini bisa juga menolong orang lain, beribadah (menghasilkan pahala) atau menulis (menghasilkan ilmu).
Gangguan jiwa
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Mengalami gangguan jiwa tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga pada keluarga dan negara. Karena itu masalah gangguan jiwa ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah agar pelayanan bagi penderita gangguan jiwa ini bisa lebih baik.
Gejala Gangguan Mental
Gejala dan tanda gangguan mental tergantung pada jenis gangguan yang dialami. Penderita bisa mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan perilaku. Beberapa contoh gejala gangguan mental adalah:
- Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
- halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
- Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu.
- Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
- perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Gangguan makan misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak.
- Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur, serta gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur.
- Kecanduan nikotin dan alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA
- Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
- Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa sendiri, serta keluar rumah dalam kondisi telanjang.
Selain gejala yang terkait dengan psikologis, penderita gangguan mental juga dapat mengalami gejala pada fisik, misalnya sakit kepala, sakit punggung, dan sakit maag.
Penyebab Gangguan Mental
Belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan mental. Namun, kondisi ini diketahui terkait dengan faktor biologis dan psikologis, sebagaimana akan diuraikan di bawah ini:
Faktor biologis (atau disebut gangguan mental organik)
- Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.
- Infeksi, misalnya akibat bakteri streptococcus.
- Kelainan bawaan atau cedera pada otak.
- Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.
- Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan.
- Memiliki orang tua atau keluarga penderita gangguan mental.
- Penyalahgunaan NAPZA dalam jangka panjang.
- Kekurangan nutrisi.
Faktor psikologis
- Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.
- Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.
- Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
- Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.
- Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.
Pencegahan Gangguan Mental
Tidak semua gangguan mental dapat dicegah. Namun, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko serangan gangguan mental, yaitu:
- Tetap berpartisipasi aktif dalam pergaulan dan aktivitas yang disenangi.
- Berbagilah dengan teman dan keluarga saat menghadapi masalah.
- Lakukan olahraga rutin, makan teratur, dan kelola stres dengan baik.
- Tidur dan bangun tidur teratur pada waktu yang sama setiap harinya.
- Jangan merokok dan menggunakan NAPZA.
- Batasi konsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein.
- Konsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, sesuai dosis dan aturan pakai.
- Segera ke dokter bila muncul gejala gangguan mental.
Nah teman-teman, ini poster yang saya buat , yuk baca gejala apa saja yang ditimbulkan Mental Ilness inii.....
Mungkin ada informasi yang kurang dimengerti biar lebih bisa dimengerti, kuyy simak video berikut>>>>>>>>
Nah Makasih yaaa teman" yang udah pada baca informasinyaa, semoga bermanfaatt......!!!!
SUMBER:
https://www.researchgate.net/publication/273866139_Mengenal_gejala_dan_penyebab_gangguan_jiwa
http://jurnal.unpad.ac.id/share/article/download/13073/5958
Secara global, diperkirakan sebanyak 24 juta orang telah menderita skizofrenia (WHO,
2009). Di Indonesia, menurut Riskesdas (2007) sebanyak 1 juta orang atau sekitar 0,46%
dari total pendududk Indonesia menderita skizofrenia. Sedangkan yang mengalami
gangguan mental emosiona (cemas dan depresi) adalah 11,6% atau sekitar 19 juta
penduduk.
Mengalami gangguan jiwa tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga pada
keluarga dan negara. Kerugian ekonomi minimal akibat masalah kesehan jiwa mencapai 20
Triliun rupiah. Karena itu masalah gangguan jiwa ini perlu mendapatkan perhatioan yang
serius dari pemerintah agar pelayanan bagi penderita gangguan jiwa ini bisa lebih baik.
Secara global, diperkirakan sebanyak 24 juta orang telah menderita skizofrenia (WHO,
2009). Di Indonesia, menurut Riskesdas (2007) sebanyak 1 juta orang atau sekitar 0,46%
dari total pendududk Indonesia menderita skizofrenia. Sedangkan yang mengalami
gangguan mental emosiona (cemas dan depresi) adalah 11,6% atau sekitar 19 juta
penduduk.
Mengalami gangguan jiwa tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga pada
keluarga dan negara. Kerugian ekonomi minimal akibat masalah kesehan jiwa mencapai 20
Triliun rupiah. Karena itu masalah gangguan jiwa ini perlu mendapatkan perhatioan yang
serius dari pemerintah agar pelayanan bagi penderita gangguan jiwa ini bisa lebih baik.
Secara global, diperkirakan sebanyak 24 juta orang telah menderita skizofrenia (WHO,
2009). Di Indonesia, menurut Riskesdas (2007) sebanyak 1 juta orang atau sekitar 0,46%
dari total pendududk Indonesia menderita skizofrenia. Sedangkan yang mengalami
gangguan mental emosiona (cemas dan depresi) adalah 11,6% atau sekitar 19 juta
penduduk.
Mengalami gangguan jiwa tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga pada
keluarga dan negara. Kerugian ekonomi minimal akibat masalah kesehan jiwa mencapai 20
Triliun rupiah. Karena itu masalah gangguan jiwa ini perlu mendapatkan perhatioan yang
serius dari pemerintah agar pelayanan bagi penderita gangguan jiwa ini bisa lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar